Mengenal Sejarah Alkulturasi Budaya di Kota Santri

Mengenal Wisata Religi Alkulturasi Budaya di Kota Santri



SEMARANG, Ekspansimuda.com,-
Cuaca sore hari yang mendung,  hilir mudik  kendaraan melaju kencang ditepian jalan arah menuju Menara Kudus,  orang-orang sibuk menepikan sebagian lapak daganganya yang tidak terdapat kain penghalau hujan.

Semilir angin yang cukup kencang, nampak membuat sebagian kerudung yang dikenakan berlarian tak beraturan.
membuat perjalanan masuk Menara  Kudus tidak menyurutkan semangat.

Teriakan  suara yang berasal dari toa salah satu pemandu Majlis Talim menghimbau rombongan untuk menepi, agaknya rintik hujan mulai berjatuhan secara kontinyu.
membasahi tanah dan aspal yang tadinya mengering.

Hujan seolah sedang menyapa kedatangan pengunjung. Meski begitu, dipinggiran pintu masuk parkiran, telah nampak sekumpulan orang yang sedang berjalan menyusuri Menara Kudus dengan menggunakan payung.



Di seberang  jalanan puluhan tenda pedagang berjajar ramai pada tempat wisata Menara Kudus yang menjadi salah satu destinasi wisata Sejarah Religi alkurturasi budaya

Menara yang mendapat alkulturasi kebudayaan antara ajaran Islam,  Hindu dan Buddha. terlihat jelas pada arsitektur dan konsep bangunan Masjid Menara Kudus  yang dibangun pada masa Sunan Kudus.

 “Setahu saya, alkulturasi menara dapat dilihat dari bangunanya, di samping Menara,  ada juga  Masjid mungkin digunakan sebagai tempat mengenalkan ajaran Islam oleh Sunan Kudus," Ujar  Syifa Amelia Mahasiswi  IAIN Kudus yang kebetulan sedang berkunjung. Sabtu, (6/12).

Syifa juga menjelaskan, kawasan wisata Menara Kudus dahulu menjadi pusat pertukaran budaya, dan pemahaman kepercayaan, sehingga jelas masyarakat Kota Kudus sangat menghargai toleransi

"Di Kudus selain banyak orang yang nyantri, rasa toleransi juga diterapkan, dapat dilihat di beberapa daerah tidak boleh memotong Sapi," ungkap Syifa.

Rasa penasaran membuat saya kembali mencari data, dengan baluttan busana batik yang kental, saya mendatangi salah satu petugas di Menara Kudus, Taofani (47) yang sedang bertugas mengarahkan wisatawan pada ditempat ziarah.

Menurut penuturan Taofani, pada saat dahulu dikawasan Menara  terdapat tiga aliran kepercayaan, Sunan Kudus mengemas dakwah Islam melalui budaya dari ketiga aliran kepercayaan, sehingga rasa toleransi masih dipegang oleh masyarakat sekitar.

"Sapi itu menjadi hewan suci pada kepercayaan Budha dan Hindu tidak boleh dipotong, untuk menghormati mereka Sunan Kudus mengganti tradisi Qurban dengan hewan Kerbau," tegasnya. Sabtu, (6/12).

Hal yang sama juga diturturkan oleh salah satu pengunjung Wusrikanti,  yang mengapresiasi atas jasa Sunan Kudus dalam menyebarkan kepercayaan Islam di tengah perbedaan.

"Jelas Sunan Kudus hebat, dakwah yang disampekanya sangat menjungjung rasa toleransi, sehingga Islam selalu berpegang pada dasar perdamaian," Ujar Wusrikanti

Meski hujan, jalanan menuju Menara masih  nampak ramai, selain keunikan arsiteknya  pengunjung dibebaskan untuk berfoto pada area Menara ini.

Meski hawa dingin menyelimuti Kota Santri, tampaknya hampir semua pengunjung merasakan kegembiraan dan menikmati keindahan bangunan yang mendapatkan pengaruh alkulturasi budaya.

Reporter: Nabila Nikmatul Laeli  (1701026077)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jalan Pahlawan Semarang Jadi Pusat Wisata Kuliner Saat CFD

Liburan Bermanfaat, MAGER Salatiga Adakan ODFD

Pusat Wisata Religi Menara Kudus