Kajian Bulughul Maram di Pondok Al-Mizan Purwoyoso
SEMARANG, Ekspansimuda.com,-Santri tak luput dari mengaji dan mengantri. Makan, mandi, bahkan mengaji pun mengantri. Seperti halnya yang dilakukan oleh para santriwati Almizan, mengaji diwaktu pagi dan malam hari.
Tugas kuliah tak menghalagi mereka untuk tetap mengaji dengan Pak Kiyai. Sama halnya yang terjadi di Pondok Al-Mizan, pagi hari para santriwati mengaji Al-Qur’an malam hari pun mengaji Al-Qur’an kecuali hari minggu, rabu, dan kami.
Untuk rabu malam santriwati mengaji kitab Bulughul Maram. Kitab ini dikarangan oleh Al Khafidz Ibnu Hajar Al-Asyqolani. Kitab ini merupakan kitab hadits tematik yang memuat hadits-hadits yang dijadikan sumber pengambilan hukum fiqih oleh para ahli fiqih.
Kitab ini menjadi rujukan utama ilmu fiqih khususnya muslim yang bermadzhab Syafi’i. Kajian kitab Bulughul Maram ini dilaksanakan di Aula Pondok Al-Mizan dan dipimpin oleh Pak Huda selaku pendiri Pondok Al-Mizan.
Menurut data yang saya dapat dari salah seorang santriwati Pondok Almizan, kajian kitab ini dimulai setelah jama’ah shalat maghrib. Metode mengajinya dengan cara Pak Huda membacakan kalimat yang ada di kitab dan diartikan perkata.
Lalu santriwati menulis makna perkata yang ditulis dengan aksara pegon atau biasa disebut arab pegon. Setelah memaknai baru Pak Huda menerangkan apa yang telah dimaknai. Beliau juga menambahkan cerita-cerita para ulama atau wali untuk mendukung kajian yang sedang dikaji.
”Ngajinya dimulai ba’da shalat maghrib sampai sebelum jama’ah shalat isya. Pak Huda sendiri yang memimpin ngaji kitabnya. Biasanya habis ngaji dilanjut shalat Isya”. Papar Afifah salah satu santriwati yang berasal dari Salatiga.
“Beliau mengartikan kitab menggunakan campuran bahasa Indonesia dengan Bahasa Jawa, karena tak semua santriwati yang di sini paham Bahasa Jawa”. Lanjutnya. “Dan tak semua santri bisa memaknai kitab dengan tulisan pegon”. Tambah salah satu temannya.
Santri yang menyantri di Pondok ini tak hanya orang-orang yang berasal dari daerah Jawa. Menurut hasil wawancara ada beberapa santriwati yang berasal dari luar Jawa. Ada yang berasal dari Kalimantan, Sulawesi, dan NTT. Kajian kitab yang biasanya memakai bahasa jawa, khususnya di daerah jawa tengah.
Namun di Pondok Al-Mizan ini setiap kajian kitab menggunakan dua campuran bahasa, bahasa Indonesia dan Jawa. Beliau bisa memadukan kedua bahasa tersebut dengan baik dan mudah difahami.
Kajian kitab ini sangat bermanfaat menurut santriwati Pondok Al-Mizan. Selain itu juga membuat santriwati tidak jenuh, karna memaknai kitab dengan memegoninya hanya di waktu rabu malam selain itu tidak ada. Juga, kajiannya membahas tentang hadits hukum-hukum fiqih.
Apa lagi santriwati yang belum pernah mondok dan mendapat pelajaran agama yang lebih mendalam. Menurut mereka kajian kitab ini menambah ilmu dan wawasan baru tentang hukum atau ketetapan yang ditetapkan Nabi Muhammad. SAW.
Harapan pendiri Pondok Al-Mizan, dengan adanya ngaji Kitab Bulughul Maram ini santriwari dapat mengamalkan dan faham akan hadits atau kajian yang sudah dikaji.
By: Faricha Azizah
(1701026117)
Komentar
Posting Komentar